Skip to main content

1#FlodanVey: Sifat masing-masing



Hallo! Aku mau buat cerita nih. Rencananya cerbung (cerita bersambung) dan akan aku update setiap minggu ya.
Ceritanya akan random, alurnya bisa maju bisa mundur, tema setiap episode tergantung suasana hati penulis ya. Jadi kalian jangan protes ya. Kritik dan saran dengan senang hati aku terima. Selamat membaca!

Ada seorang lelaki yang ingin mengajak gadis pujaannya keluar di malam minggu. Mari kita panggil lelaki kasmaran itu Flo dan perempuan beruntung itu Vey. Flo ingin sesuatu yang berbeda, bukan mall, bukan dinner romantis, tidak juga taman hiburan. Bukan maksud tidak modal, tetapi, semua sudut kota sudah mereka datangi. Kebetulan hari ini sedang tidak ada festival atau event musik yang bisa dikunjungi. Rooftop. Iya benar! Rooftop terdengar menyenangkan.  
  
Flo memilih cokelat kacang mete dan membungkuk di atas sepatu berhak tebalnya untuk mengambil cokelat itu. Dia menyeringai. Kekasihnya, Vey, hanya makan cokelat kalau sedang stres. Saat pikirannya waras,  pasti dia ingat cokelat bisa membuat jarum timbangan di kamarnya bergeser kekanan.  Flo berdiri, lalu berjalan sampai ke ujung konter. Di seberang konter, terdapat sekumpulan makanan ringan. Cuaca yang sedikit dingin. Dia memilih beberapa roti kering dengan rasa buah-buahan agar membuatnya kenyang, lalu mengambil snack yang manis dan terbuat dari susu vanila.  'Ini tidak cukup, aku butuh yang rasa kacang hijau hmmmm dan rasa ketan hitam juga' pikirnya. Di depan mesin minuman dia tersenyum sambil menunggu mesin menyediakan dua cangkir kopi panas. Setelah yakin kemudian dia pergi ke kasir. Saat semua belanjaannya sudah di tangan, dia menuju pintu.   

Flo berbelok ke sayap ruangan seni setelah keluar dari minimarket, menaiki tangga. Tanpa pikir panjang, dia berlari dan menyelinap ke pintu di depannya. Ada seorang perempuan disana, Ya jelas itu Vey.  
"Maap lama" Rambut Flo sedikit berantakan terkena tiupan angin.
"Tidak kok" Vey menjawab ringan.  
"Ayo makan ini" sambil menyodorkan tangannya. Vey menyuruh dia duduk disampingnya.  
“Hei, kamu yakin? Ini coklat loh! Nada Vey seperti orang tidak percaya. “Yakin lah, kamu perlu sekali-kali makan coklat” membuka bungkus camilan dengan tidak gentle.   


Angin sedang kencang-kencangnya di pertengahan Agustus. Memang sedikit mengganggu tapi bagi mereka berdua hal tersebut sangat menyenangkan. Oh iya satu lagi, mereka sudah persiapan kok dengan sweater hangat dan celana training. Ini bukan kencan romantis, sekali lagi aku tegaskan. Mereka hanya berdandan seadanya. Saat ini mereka sudah di level ‘tidak jaim’.  

Tidak ada yang special dalam kencan ini, tetapi melihat lampu-lampu dari kejauhan di atas gedung bersama orang yang dikasihi akan tetap memyenangkan.  Sesekali Flo dan Vey perlu berdandan bagus dan rapih untuk pergi kencan seperti ‘lovers’ pada umumnya. Sisanya mereka menghabiskan waktu bersama di rumah, di depan tv sambil menonton serial favorit mereka, atau memasak lalu memakan masakan yang mereka buat bersama.  

Terkadang, jika Vey sedang kerasukan setan diet, dia mengajak Flo untuk pergi berolahraga. Momen langka, karena pada sejatinya Vey tidak suka olahraga. Tapi berkat dorongan dan penjelasan dari Flo, sedikit dia paham bahwa olahraga itu penting.   

Pernah terjadi, hari Minggu. Mereka sama-sama sedang luang. Vey sedang ‘kesambet’ lalu menghampiri Flo yang masih nyenyak di kamarnya mengajak pergi jogging.  Terang-terangan Flo tertawa, alih-alih membuat suasana mencair, Vey malah ‘menjitak’ Flo dengan sangat kuat. Ending nya yah mereka bertengkar. Drama dimulai. Mereka pun TIDAK JADI pergi jogging, yang ada mereka berakhir di Mie Ayam Mekaton. Memang enak sih mie ayam gorengnya. Oke fokus!   

Vey memang terkenal dengan labilnya, nah kalau Flo lebih terkenal dengan keteledorannya. 

Suatu ketika, di sore yang cerah Flo mengajak Vey untuk menemaninya membeli sepatu di salah satu store ternama yang sedang mengadakan diskon. Iya memang, sifat Flo sedikit banyak seperti perempuan, tahu sedang ada diskon langsung bergerak. Haha. (Sorry Flo).Vey lalu menyanggupi dengan syarat traktir ice cream. Flo setuju. Bergegaslah mereka berangkat ke store yang letaknya ada di salah satu mall di Jogja. Oh iya sampai lupa! setting cerita ini ada di Jogja ya. Haha Sampai di store, Flo pilih-pilih sepatu yang dia suka. Asik ini itu, menarik Vey kesana-kemari demi tahu sepatu mana yang cocok dengan dirinya. Walaupun Vey sudah sering bilang kalau semua sepatu cocok dipakai dia. Akhirnya, pilihan jatuh ke sepatu biru dongker yang tidak terlalu banyak motif itu. Flo ke kasir, Vey tunggu di seberang kasir sambil duduk, karena Vey sudah mulai ‘bete’. Tapi Flo datang menghampiri Vey dengan muka panik.  

“Vey dompetku ketinggalan!” 
“HIIIIIIII ketinggalan dimana ? Kok bisa sih ?”  
“Kayanya di kamar deh, duh aku lupa. Kalo inget mah aku nggak panik”
“Yaudah nih bayar dulu” Vey menyerahan kartu debit.  Selesai dari kasir Flo senang tapi panik. Gimana coba rasanya? Coba bayangin sendiri yah. 

 Vey pun menagih janjinya  “Ice cream loh. Gimana dong ? Payah banget kamu tuh (rolling eyes)”.

“Iya iya. Aku ada kok duit nih di kantong. Yuk beli, sambil aku inget dimana terakhir taruh dompet”  
“Yaaaaaa”  Kita langsung skip saat mereka duduk makan ice cream ya.



“Tadi tuh aku yakin banget bawa dompet, aku masukin ke tas. Terus jemput kamu”


“Nggak mungkin ketinggalan di rumahku dong, kan kamu nggak buka tas tadi”


“Hmm tadi di jal..... Oh iya!!! Pom bensin. Tadi kita isi bensin. Abis ambil uang buat beli bensin, terus aku simpen dompetnya di kantung motor depan!!!”


“Dodol emang nih anak! Ayo buru ke parkiran”


Flo dan Vey lari ke parkiran, Vey sambil hati-hati karena lebih khawatir ice cream nya tumpah dibanding dompet Flo hilang.


Saat sampai di motor, mereka cek kanan kiri kantung motor tapi nihil. Flo buka jok motor disana juga nihil. Mereka celingukan, Vey tetap ‘nyambi’ makan ice cream sih. 
*kegiatan multitasking


Ada satu petugas meyadari bahwa mereka terlihat panik. Si petugas menghampiri mereka.


“Kenapa mas? Ada barang yang hilang ?”


“Iya mas, dompet saya. Bisa nggak mas minta tolong dibantu?”


“Coba mas kita ke pos dulu”


Di pos, Flo dan Vey duduk bersebelahan. Tiba-tiba si petugas tersenyum sambil membawa dompet coklat.


“Ini kan mas? Masnya ‘teledor’ sih. Disimpan baik-baik mas”


*teledor: ceroboh (bahasa jawa)


“Ya ampun, bener mas ini punya saya” Flo sampai berkaca-kaca.


“Coba di cek dulu mas, ada yang hilang 'ndak? Kalau sudah di cek lalu isi surat dulu ya mas, surat kehilangan sebagai laporan saya nanti” Jelas petugas.
*ndak : tidak (bahasa jawa)


“Oke mas. Dompet dan isinya aman kok”


Yah begitulah cerita dari keteledoran Flo.

Semoga teman-teman yang membaca cerita ini tidak seperti Flo ya! 

-----

Terima kasih sudah membaca :) 

Tunggu cerita selanjutnya ya. See yaa! 








Comments

Popular posts from this blog

TIPS MENJAGA HUBUNGAN TETAP ADEM AYEM SAAT JARAK MEMISAHKAN KAMU DENGAN PACAR

Hei hei hei ... Udah lama nih nggak nulis dan berbagi. Daaaan sekarang waktunya untuk berbagi. Seperti biasa, ini tentang cerita dan tips berdasarkan pengalam pribadi. Nah, permasalahan yang sekarang ini sedang dialami adalah LDR (Long Distance Relationship). Jadi, disini mau bagi tips buat kalian yang juga sedang berjuang mempertahankan hubungan dengan si pacar walau jarak memisahkan. Ini bakal share hal-hal yang berhasil aja, siapa tau trik itu juga berhasil buat kalian. Sooooo this is ..  TIPS MENJAGA HUBUNGAN TETAP ADEM AYEM SAAT JARAK MEMISAHKAN KAMU DENGAN SI DOI  1.        Atur waktu untuk kerja, main, dan telepon pacar Dikarenakan komunikasi adalah hal terpenting dalam menjalin sebuah hubungan, jadi penting banget buat kamu untuk mengatur waktu. Buat aku, penting banget ceritain jadwal aku dalam satu hari bakal ngapain aja. Misal nih, pagi sampai sore kerja, pulang kerja nongkrong sama temen, baru pulang ke rumah jam 9 malam. Lalu di sisa hari ak

Tidak Terlalu Beruntung

Kamu pasti pernah mengalami kejadian tidak terduga. Seperti halnya sedang berada dihalte bus tiba-tiba mengalami masalah pada perut, didalam bus tidak dapat tempat duduk, sampai macet 15 menit berasa seperti kemarau tanpa akhir. Nah aku mau share sebuah cerita, yang sebagian dari cerita ini aku alami sendiri dan sebagian lagi adalah hiperbola.  Langsung aja, yuk!  Perutku semakin terasa sakit, tapi di shelter ini tidak ada toilet. Aku hanya perlu menunggu sampai Trans-bus datang lalu berhenti di terminal Jombor. Aku akan pergi ke toilet disana. Aku hanya perlu tenang dan jangan panik. Butuh waktu 30 menit untuk sampai di terminal Jombor dari shelter ini, itu pun belum aku hitung waktu transitnya disetiap shelter. Sepertinya bulir-bulir keringat semakin banyak yang keluar di dahiku. Aku lihat jarum jam ditanganku tidaklah bergeser sedikitpun, satu menit terasa lama. Aku perlu mengalihkan sakit ini. Aku buka smartphone dan memakai headset kemudian  memainkan lagu-lagu yang bi

Cuplikan Hanna

Kursi yang usianya lebih tua dariku menjadi saksi cerita yang pernah terjadi dikamar ini, semuanya. Aku ingat, pertamakalinya aku mengizinkan Rob masuk kamar ini, usiaku masih 6 tahun saat itu. Kata pertama yang ia keluarkan adalah “wah” ia terkagum karena kamarku rapih dan penuh dengan gambar tokoh kartun favoritku serta background berwarna merah muda dikamar ini. Menurutnya kamarku benar-benar menakjubkan. Untuk membangun kamar penuh dengan gambar serta atribut lainnya yang bertemakan kartun, tentu saja aku dibantu oleh kedua orangtuaku, tak lupa kakek nenek juga ikut memberikan boneka setiap hari ulang tahunku. Aku beritahu sekali lagi, masa kecilku adalah masa yang paling menyenangkan dan yang paling aku suka. Perlahan lamunanku akan masa kecil memudar. Aku mengulangi lagi kejadian dilapangan, Rob bersama perempuan itu. Aku menghela napas, berjalan menuju kursi tua yang berada didekat jendela dan melihat keluar sana. Diujung jalan, tepatnya dipersimpangan, terdapat tiang listrik