Setiap permasalahan harus diselesaikan dengan kepala dingin. Permasalahan yang dihadapi sepasang kekasih biasanya beragam. Ada yang masalah besar tapi dibawa santai atau sebaliknya, masalah kecil yang tidak bisa dianggap remeh. Bagi sebagian pasangan cara menyelesaikan masalah mereka dengan membicarakannya, sebagian lagi memilih untuk membiarkan lalu dilupakan.
Bagi pasangan yang membiarkan lalu melupakan masalah yang mereka dapati biasanya akan mengambil hal yang baik kemudian membuang yang buruk, tanpa mencoba mencari akar dari permasalahannya. Hal ini dianggap wajar jika keputusan dari kedua belah pihak. Namun tidak sedikit orang yang beranggapan bahwa sebuah permasalahan harus dibicarakan dan dicari akar dari masalah tersebut.
Beginilah kisahnya.
Kami sudah berpacaran lebih dari satu tahun. Kami sudah melewati tahap malu-malu kucing dan keterbukaan terhadap pasangan. Sekarang ini kami sedang di tahap menunjukan sifat asli disaat-saat genting, kami sedang berusaha untuk saling memahami dan menerima kekurangan diri masing-masing.
Saat mejalani proses memahami dan menerima kami dihadapkan dengan bukti-bukti yang bahkan tidak pernah kami bayangkan sebelumnya. Yah, namanya juga mempelajari satu kehidupan manusia, jika sudah masuk maka kami ingin sampai akhir. Awalnya semua berjalan lancar-lancar saja. Sampai dimana kami dihadapkan kenyataan tentang pribadi ‘tersembunyi’ pasangan. Kami berusaha untuk stay in our line tapi kemudian kami sadar bahwa cara itu tidak berhasil untuk proses memahami dan menerima.
Ketika kami dihadapkan oleh suatu masalah, kami mencoba untuk menerimanya, membiarkan lalu melupakan. Dibeberapa kesempatan cara ini cukup berhasil, tapi kami merasa ada sesuatu yang mengganjal. Masing-masing dari kami merasa bahwa ada perasaan yang tidak tersampaikan saat kami mencoba membiarkan dan melupakan. Pada kenyataannya hal tersebut masih sering kembali. Permasalahan yang sama sering kami abaikan sampai suatu ketika salah satu dari kami ingin membicarakannya.
Kami merasa bahwa kami perlu membenarkan sesuatu yang salah pada proses ini. bukan hanya menerima dan kami mengambil hal yang baiknya lalu melupakan yang buruk. Tapi kami coba untuk saling mengungkapkan pikiran-pikiran yang mengganggu. Melakukan evaluasi diri atau pasangan. Kami mencoba untuk lebih jujur lagi. Karena pada kenyataannya tahap kejujuran ini memang ber-level; terbuka seperti pasangan normal, terbuka terhadap apa yang ingin didengar oleh pasangan, dan terbuka pada diri sendiri untuk menjadi partner yang baik.
Dalam hubungan kami yang hampir memasuki tahun kedua, kami dihadapkan oleh kebosanan. Sehingga kami sering lupa dengan tujuan akhir kami. Saat sadar kami mencoba untuk menyelesaikan masalah kami dengan duduk berdua. Duduk berhadapan, menikmati minuman hangat beserta gorengan, dan tidak lupa keluh kesah kami.
Untuk melakukan evaluasi ini kami tidak ‘terpatok’ waktu. Kami tidak juga menunggu dihadapkan oleh masalah terlebih dahulu. Sebisa mungkin kami menghindari permasalahan dengan membentengi hati kami dengan evaluasi yang saling kami lontarkan. Sekali-kali kami juga perlu perenungan, kami membaca hati masing-masing lalu mencoba untuk jujur pada diri sendiri. Saat masing-masing dari kami berhasil jujur pada diri sendiri, maka tahap selanjutnya mempermudah kami untuk jujur terhadap satu sama lain.
Comments
Post a Comment