Kebanyakan
orang percaya bahwa mimpi itu hanyalah bunga tidur. Namun tidak sedikit orang
yang percaya bahwa mimpi memiliki makna tertentu. Kamu boleh percaya terhadap
mimpi yang kamu dapati dalam tidurmu sebagai pertanda baik. Tapi tidak salah
juga jika kamu hanya melewati mimpi itu sebagai pelengkap tidur.
Siang
yang terik di sebuah sekolah, ada sepasang sejoli yang memutuskan untuk bolos
sekolah karena mereka berpikir hidup cuma sekali. Bersenang-senanglah sekarang
selagi bisa. Mereka pergi dari sekolah tanpa membawa tas mereka. Mereka hanya
berdua, kabarnya mereka berpacaran. Setelah berhasil melewati tembok belakang
sekolah keduanya lari tergesa ke arah pedesaan. Di sebuah desa terdapat jalan
setapak yang menghubungkan desa tersebut menuju pusat kota. Sejoli itu harus
melewati jalan setapak jika ingin pergi ke pusat kota. Masing-masing dari
mereka tidak lupa memakai jaket untuk menutupi seragam mereka walaupun semua
orang yang mereka temui sudah pasti tahu nahwa mereka sedang bolos sekolah.
Cerita
ini terjadi di masa sebelum anak sekolah diperbolehkan membawa kendaraan
pribadi ke sekolah. Jadi jangan kalian tanyakan kenapa harus berjalan dan
kenapa idak memakai kendaraan yang mereka bawa saja. Perkenalkan dulu, sejoli
yang sedang membolos itu bernama Genta dan Deca. Mereka adalah teman sekelas.
Setelah mereka berhasil sampai
di jalan setapak di pertengahan desa, mereka mulai mencari jalan keluar. Ada sebuah
pohon yang sangat besar dibanding pohon lain di sekitar situ. Mereka melewati
pohon tersebut.
Deca
sadar dirinya sekarang ini sedang berada di sebuah pesawat. Dia mencari dimana
Genta dan dia melihat sesosok itu sedang ada di kursi lainnya. Genta terlihat
pucat karena ini pertama kali untuknya menaiki pesawat. Pilot mengumumkan bahwa
sebentar lagi akan take off. Loh, akan kemana kita ? pikir Deca dalam hati.
Seragam mereka yang tadinya lengkap sekarang sudah berganti dengan pakaian
lainnya. Tanpa pikir panjang Deca menghampiri Genta yang sedang panik di kursi
sebelah sana. Deca nekat melepas sabuknya walaupun peringatan untuk memakai
sabuk tetap berbunyi. “Kamu baik-baik aja, Ta?” tanya Deca sambil mengusap
keringat yang tampak di dahi Genta. Pramugari menghampiri mereka, lalu Deca
menjelaskan keadaan Genta yang sedang panik. Akhirnya pramugari mencarikan
tempat duduk yang bisa di tempati Deca dan Genta bersebelahan. Deca memastikan
bahwa ini baik-baik saja kepada pramugari. Setelah melewati menit yang cukup
pajang bagi Genta, mereka pun tiba di sebuah desa. Bukan sebuah bandara. Deca
semakin bingung, sebenarnya apa yang sedang terjadi.
Deca
menarik Genta dan mencarikan apa saja yang bisa di minum untuk Genta. Setelah mereka
beristirahat sebentar dan sudah yakin bahwa mereka akan mencari tahu dimana
keberadaan mereka saat ini--- mereka memutuskan untuk beranjak. Mereka bersenang-senang.
Mereka ingat bahwa tujuanawal mereka adalah untuk bersenang-senang. Mereka menghabiskan
waktu di desa tersebut dan menemui beberapa hal baru. Sampai pada satu sore,
mereka berdua di beritahukan oleh seorang warga yang berkata bahwa mereka harus
segera kembali. Kembali kemana ? Pikir mereka. Lalu dengan sedikit petunjuk
mereka kembali ke tempat awal mereka di turunkan dari pesawat. Mereka di tuntun
untuk memasuki sebuah lemari. Lemari besar tanpa ada pakaian satupun di
dalamnya. Seperti di cerita Narnia, he? Begitu pikir Deca. Lalu setelah ini apa
? Kita akan dibawa ke suatu tempat?
Deca
dan Genta mengikuti petunjuk, dan ya
memang benar. Mereka sekarang berada di sebuah desa. Mereka menyadari sedang
berdiri tepat di depan pohon besar yang mereka temui sewaktu berjalan keluar
dari desa ini untuk menuju pusat kota.
Deca
dan Gilang heran. Apakah ini mimpi atau mereka benar-benar melakukan sebuah
petualangan tersebut. Jika ini mimpi tapi
terasa sangat nyata. Jika ini nyata bagaimana mereka menjelaskan ke semua orang
jika ini bukan mimpi. Orang-orang pasti tidak akan percaya jika mendengar
cerita ini. Mereka berdua memutuskan untuk kembali ke sekolah saja. Lalu mereka
memutar arah kembali ke sekolah.
Comments
Post a Comment