Skip to main content

10 KATA

Diliburan ini kerjaan gue cuma makan, tidur, nonton drama, mandi sampe balik lagi tidur. Rutinitas itu udah gue lakuin selama kurang lebih seminggu. Saking selonya gue sampe gak tau lagi mau ngapain. Gue minta deh sama temen-temen gue ngasih beberapa kata buat inspirasi gue, yah sebenernya buat bikin gue punya kerjaan dibanding sebelumnya yang bikin gue jadi kaya zombi.
Ada 10 kata lebih yang gue dapet dan itu jadi sebuah cerita singkat tentang seseorang yang berencana ini itu tapi pada kenyataannya yang dia lakuin beda sama rencana awal.



Sandra itu Aku


Rencana awalku bangun pukul 8 pagi lalu memulai aktifitas yang memang jarang aku lakukan, dimulai dari membuat kamar yang rapi ini menjadi bersih. Rapi belum tentu bersih, kamarku tidaklah berantakan, semua tertata dengan baik. Dimeja belajar buku tertata dengan rapi, kasurku rapi tapi aku tidak menjamin itu bersih, sudah lebih dari sebulan aku tidak membersihkan kamar ini bahkan untuk mengganti seprai kasur pun tidak sempat. Kurangnya perhatianku terhadap tempat dimana aku menghabiskan sisa waktu sebelum aku kembali ke aktifitas yang rumit di kantor membuatku terlihat seperti wanita yang jorok. Aku berusaha untuk selalu memperhatikan segala sesuatu yang berada disekitarku dengan baik, tapi teori, rencana dengan kenyataan memang belum tentu bisa berpihak padaku. Aku selalu membuat rencana-rencana kecil apa yang harus aku lakukan di pagi hari setelah itu dan seterusnya. Bahkan aku sudah merencanakan didetik ini baju apa yang akan aku kenakan besok walau hanya sekedar duduk-duduk malas dirumah. Kenyataannya aku selalu merubah rencana dengan alasan-alasan yang tak masuk akal. Aku heran terhadap diriku sendiri, mengapa aku repot-repot memikirkan hal kecil walau tidak berpengaruh secara besar dihidupku, padahal hal kecil jika dikerjakan setiap hari akan menjadi hal besar bukan? Aku selalu bertanya apakah ini penting? Yasudahlah, aku hanya bertanya, pertanyaan retoris, tak perlu dijawab.
Kembali dengan rencanaku membersihkan kamar, sebelum aku menyentuh apapun yang bisa aku bersihkan dari kamar ini aku beranjak menuju kamar mandi. Terlalu malas untuk menyikat gigi aku hanya membilas muka dan membersihkan kotoran mata, sungguh menyedihkan mengingat aku adalah seorang perempuan dengan keadaan jorok seperti itu.
Iseng aku membayangkan tiba-tiba calon mertuaku ada didepan rumah dan masuk kedalam rumah mendapatiku baru bangun pukul 9.25 pagi menjelang siang. Itu sangat mengerikan. Aku melewati jam sarapan, aku terlalu malas untuk pergi keluar hanya untuk mencari sarapan. Aku mencari sesuatu didalam kulkas, aku ambil satu butir telur dan mengambil beberapa helai sayuran hijau. Mie instant adalah menu urgent ku di brunch ini. Setelah  merebus air aku masukan telur kedalam panci dengan hati-hati lalu mie instant mentah, begitu juga sayur setelahnya.
Makanan telah siap tapi aku tidak langsung menyantapnya, aku tidak terlalu suka makanan panas yang masih mengepulkan asap. Aku tunggu sambil aku melihat kembali kekamar, aku cek handphone, terlalu malas untuk berhubungan dengan orang lain hari ini, aku hanya ingin membersihkan kamar lalu aku memanjakan diri sebisa mungkin didalam rumah. Aku abaikan beberapa pesan tadi.
Setelah selesai makan dan mencuci barang-barang yang digunakan lalu menaruhnya ditempat semula. Merasa lega, satu tugas selesai aku beranjak ketugas selanjutnya. Saat akan kembali ke kamar tiba-tiba badanku tidak seimbang, aku terjatuh begitu cepat dan seketika semuanya yang ada disekelilingku terasa kabur. Aku terpeleset, ternyata ada sabun cuci yang tumpah didekat bak cuci piring, aku menginjaknya tanpa berhati-hati dan aku terjatuh. Pinggangku terasa sakit seluruh badanku terasa kaku dalam sesaat. Aku meluruskan badanku di sofa, beristirahat sebentar di ruang tengah. Tidak tahu berapa lama aku menghabiskan waktu di sofa empuk itu, aku tertidur.
Aku terbangun sudah pukul 2 siang dan terperanjat, rencanaku untuk membersihkan kamar  teralihkan oleh insiden terpeleset.  Aku bosan, niatku untuk membersihkan kamar sudah hilang aku memutuskan untuk melakukan kegiatan lain, aku pikir membersihkan kamar bisa aku lakukan dilain waktu nanti.
Aku berencana mengundang sahabatku untuk datang kerumah, sudah lama kami tidak berjumpa karena kesibukan yang kami miliki. Tere adalah teman semasa SMA-ku, dia teman sebangkuku selama 3 tahun, segalanya tentang aku dia ketahui dengan baik. Aku membuat janji dengannya jam 5 sore nanti dan kami akan makan malam bersama dirumahku.
Selesai mandi aku belanja di supermarket, butuh waktu lama untuk memutuskan masak apa malam ini, untuk menyambut teman lamaku. Sup jagung, salad, bakso sepertinya sudah cukup. Aku membeli beberapa snack dan minuman. Setelah semua dimasukan kedalam kantung kresek lalu kubayar semuanya kemudian menuju parkiran. Aku mengendarai skuter kemari karena jarak rumah dengan supermarket tidak terlalu jauh hanya melewati satu lampu merah. Diujung jalan dengan plang dilarang parkir aku melihat seorang anak kecil mengemis meminta uang receh. Aku merasa iba dan ingin memberi, tapi diujung jalan dibawah rambu terdapat larangan memberi pada pengemis. Aku panggil anak itu, memberikan beberapa makanan yang bisa dia makan secara instan, dia berterima kasih lalu pergi. Aku pikir dia tidak meminta tapi aku yang memberi dan yang aku berikan bukan berupa uang namun makanan, aku rasa itu wajar dan sah-sah saja aku tidak melanggar undang-undang.
Tiba dirumah aku mendapati Chiko sudah duduk diteras rumah, Chiko adalah anjing milik tanteku disaat seperti ini Chiko sangat membantu, ia lucu warnanya putih di ujung kepalanya ia memiliki jambul berwarna coklat. Terkadang aku bercerita tentang hal-hal yang aku alami seharian dengannya. Setiap sore menjelang malam, tepatnya diwaktu magrib aku sering melihat Chiko menangis walau tidak mengeluarkan suara tapi air mata itu mengalir aku tidak tahu apa penyebabnya. Terkadang aku  merasa kesal karena dimalam hari saat orang-orang tertidur Chiko menggonggong dengan keras dan lantang, mungkin dia kesepian atau sedih karena beberapa bulan lalu ia kehilangan anaknya. Aku berusaha baik dengannya walau tidak banyak, aku memberikan beberapa butir bakso yang aku beli disupermarket.
Sebelum pukul 5 sore Tere sudah tiba di depan rumah, aku menyambutnya dengan hangat kami berpelukan untuk melepas kerinduan. Setelah babibu yang cukup panjang dan menghabiskan satu cangkir teh kami langsung menuju dapur dan seperti biasanya kami mengolah makan malam. Tere tidak terlalu menyukai nasi tapi ia sangat menyukai bakso. Aku tidak apa-apa jika tidak makan nasi setidaknya aku bisa kenyang dengan makan bakso. Satu jam berlalu, sudah waktunya makan malam kami berbincang banyak. Sekarang ini Tere sedang menggeluti bisnisnya, bisnis fashion, ia memberi tahuku apa yang sedang menjadi trend sekarang ini baik di mancanegara maupun domestik. InYo adalah baju yoga yang diproduksi anak muda Indonesia di San Fransisco dan Tere adalah salah satu perancangnya. Aku bangga memiliki teman dengan semangat yang luar biasa, bahkan ia bisa pergi keluar negeri karena usahanya sendiri.
Tiba-tiba alarm di handphone Tere bunyi, ini sudah waktunya untuk minum obat. Tere, dia sangat cantik selain memiliki semangat yang luar biasa dia juga memiliki pekerjaan yang cukup menguras tenaga, akibatnya ia terserang maag akut sehingga ia harus mengatur pola makannya dan juga mengkonsumsi beberapa obat untuk menstabilkan kadar asam dilambungnya.
Tere menginap disini, setelah selesai dengan makan malam kami ‘ngeteh’ di kamarku sambil melihat album SMA, sangat banyak sehingga kami lupa waktu. Aku pun lupa kalau aku harus meng-input data yang diminta oleh atasanku secepatnya. Aku mengecek beberapa email yang masuk lalu mengerjakan beberapa laporan. Setelah laporanku selesai ternyata Tere belum tidur, kami melanjutkan perbincangan dan mengingat kembali peristiwa yang kami alami semasa SMA. Yang paling menarik adalah album ‘Baru melek diatas Bukit Andong’ sebenarnya selain kami berdua ada 5 orang lainnya tapi karena mereka sibuk jadi hanya kami berdua untuk hari ini.
Padahal tadi pagi aku berencana untuk membersihkan kamar dan memanjakan diri untuk seorang diri, tapi kenyataan tidak sesuai dengan rencana.  Aku yang membuat rencana aku pula yang membatalkan rencana-rencana itu. Justru aku menghabiskan waktu dengan sahabatku, untuk hari ini aku merasa cukup.

Comments

Popular posts from this blog

TIPS MENJAGA HUBUNGAN TETAP ADEM AYEM SAAT JARAK MEMISAHKAN KAMU DENGAN PACAR

Hei hei hei ... Udah lama nih nggak nulis dan berbagi. Daaaan sekarang waktunya untuk berbagi. Seperti biasa, ini tentang cerita dan tips berdasarkan pengalam pribadi. Nah, permasalahan yang sekarang ini sedang dialami adalah LDR (Long Distance Relationship). Jadi, disini mau bagi tips buat kalian yang juga sedang berjuang mempertahankan hubungan dengan si pacar walau jarak memisahkan. Ini bakal share hal-hal yang berhasil aja, siapa tau trik itu juga berhasil buat kalian. Sooooo this is ..  TIPS MENJAGA HUBUNGAN TETAP ADEM AYEM SAAT JARAK MEMISAHKAN KAMU DENGAN SI DOI  1.        Atur waktu untuk kerja, main, dan telepon pacar Dikarenakan komunikasi adalah hal terpenting dalam menjalin sebuah hubungan, jadi penting banget buat kamu untuk mengatur waktu. Buat aku, penting banget ceritain jadwal aku dalam satu hari bakal ngapain aja. Misal nih, pagi sampai sore kerja, pulang kerja nongkrong sama temen, baru pulang ke rumah jam 9 malam. Lalu di sisa hari ak

Tidak Terlalu Beruntung

Kamu pasti pernah mengalami kejadian tidak terduga. Seperti halnya sedang berada dihalte bus tiba-tiba mengalami masalah pada perut, didalam bus tidak dapat tempat duduk, sampai macet 15 menit berasa seperti kemarau tanpa akhir. Nah aku mau share sebuah cerita, yang sebagian dari cerita ini aku alami sendiri dan sebagian lagi adalah hiperbola.  Langsung aja, yuk!  Perutku semakin terasa sakit, tapi di shelter ini tidak ada toilet. Aku hanya perlu menunggu sampai Trans-bus datang lalu berhenti di terminal Jombor. Aku akan pergi ke toilet disana. Aku hanya perlu tenang dan jangan panik. Butuh waktu 30 menit untuk sampai di terminal Jombor dari shelter ini, itu pun belum aku hitung waktu transitnya disetiap shelter. Sepertinya bulir-bulir keringat semakin banyak yang keluar di dahiku. Aku lihat jarum jam ditanganku tidaklah bergeser sedikitpun, satu menit terasa lama. Aku perlu mengalihkan sakit ini. Aku buka smartphone dan memakai headset kemudian  memainkan lagu-lagu yang bi

Cuplikan Hanna

Kursi yang usianya lebih tua dariku menjadi saksi cerita yang pernah terjadi dikamar ini, semuanya. Aku ingat, pertamakalinya aku mengizinkan Rob masuk kamar ini, usiaku masih 6 tahun saat itu. Kata pertama yang ia keluarkan adalah “wah” ia terkagum karena kamarku rapih dan penuh dengan gambar tokoh kartun favoritku serta background berwarna merah muda dikamar ini. Menurutnya kamarku benar-benar menakjubkan. Untuk membangun kamar penuh dengan gambar serta atribut lainnya yang bertemakan kartun, tentu saja aku dibantu oleh kedua orangtuaku, tak lupa kakek nenek juga ikut memberikan boneka setiap hari ulang tahunku. Aku beritahu sekali lagi, masa kecilku adalah masa yang paling menyenangkan dan yang paling aku suka. Perlahan lamunanku akan masa kecil memudar. Aku mengulangi lagi kejadian dilapangan, Rob bersama perempuan itu. Aku menghela napas, berjalan menuju kursi tua yang berada didekat jendela dan melihat keluar sana. Diujung jalan, tepatnya dipersimpangan, terdapat tiang listrik